Perkembangan Perbankan Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Sejarah Perbankan
Dalam sejarahnya kegiatan perbankan dikenal  mulai dari zaman Babilonia. Kegiatan perbankan ini kemudian berkembang  ke zaman Yunasni kuno serta Romawi kuno. Pada saat itu kegiatan utama  bank hanyalah sebagai tempat menukar uang oleh para pedagang antar  kerajaan. Perkembangan perbankan di Indonesia juga tidak terlepas dari  era zaman penjajahan Hindia Belanda tempo dulu.
B. Sejarah Perbankan di Indonesia
Memasuki tahun 1990-an BI mengeluarkan paket kebijakan yang berisi  ketentuan yang mewajibkan bank berhati-hati dalam pengelolaannya. Pada  1992 dikeluarkan UU Perbankan menggantikan UU No. 14/1967. Sejak saat  itu, terjadi perubahan dalam klasifikasi jenis bank, yaitu bank umum dan  BPR. Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tersebut diatur kembali  struktur perbankan, ruang lingkup kegiatan, syarat pendirian,  peningkatan perlindungan dana masyarakat dengan jalan menerapkan prinsip  kehati-hatian dan memenuhi persyaratan tingkat kesehatan bank, serta  peningkatan profesionalisme para pelakunya. Dengan undang-undang  tersebut juga ditetapkan penataan badan hukum bank-bank pemerintah,  landasan kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip bagi hasil (syariah),  serta sanksi sanksi ancaman pidana terhadap yang melakukan pelanggaran  ketentuan perbankan. Krisis Finansial terjadi pada Juli 1997 di Thailand  yang mempengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset lainnya di  beberapa negara Asia. Peristiwa ini disebut krisis moneter (krismon) di  Indonesia. Indonesia, Korea Selatan, dan Thailand adalah negara yang  paling parah terkena dampak krisis ini.Pada Juni 1997, Indonesia  terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand, Indonesia memiliki  inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar,  persediaan mata uang luar yang besar, lebih dari 20 miliar dolar, dan  sektor bank yang baik.Tapi banyak perusahaan Indonesia yang meminjam  dolar AS. Pada tahun berikut, ketika rupiah menguat terhadap dolar,  praktisi ini telah bekerja baik untuk perusahaan tersebut level  efektifitas hutang mereka dan biaya finansial telah berkurang pada saat  harga mata uang lokal meningkat.Pada Juli, Thailand megambangkan baht,  Otoritas Moneter Indonesia melebarkan jalur perdagangan dari 8 persen ke  12 persen. Rupiah mulai terserang kuat di Agustus. Pada 14 Agustus  1997, pertukaran floating teratur ditukar dengan pertukaran  floating-bebas. Rupiah jatuh lebih dalam. IMF datang dengan paket  bantuan 23 miliar dolar, tapi rupiah jatuh lebih dalam lagi karena  ketakutan dari hutang perusahaan, penjualan rupiah, permintaan dolar  yang kuat. Rupiah dan Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada  bulan September. Moody’s menurunkan hutang jangka panjang Indonesia  menjadi “junk bond”.Meskipun krisis rupiah dimulai pada Juli dan  Agustus, krisis ini menguat pada November ketika efek dari devaluasi di  musim panas muncul pada neraca perusahaan. Perusahaan yang meminjam  dalam dolar harus menghadapi biaya yang lebih besar yang disebabkan oleh  penurunan rupiah, dan banyak yang bereaksi dengan membeli dolar, yaitu:  menjual rupiah, menurunkan harga rupiah lebih jauh lagi.Inflasi rupiah  dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan kekacauan di  negara ini. Pada Februari 1998, Presiden Suharto memecat Gubernur Bank  Indonesia, tapi ini tidak cukup. Suharto dipaksa mundur pada pertengahan  1998 dan B.J Habibie menjadi presiden. mulai dari sini krisis moneter  indonesia memuncak.BAB 2
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Moneter Indonesia
- Tahun 1999
 
Pemerintah telah mengambil keputusan untuk  melakukan likuidasi terhadap 38 bank pada Maret 1999 ini. Keputusan  pemerintah pada 13 Maret 1999 tersebut juga menetapkan 9 bank yang tetap  beroperasi dengan mengikuti rekapitalisasi dan 7 bank yang diambil alih  pemerintah serta 73 bank yang tetap beroperasi tanpa rekapitalisasi.  Langkah mendasar dalam rangka penyehatan perbankan tersebut masih  menghadapi iklim usaha yang kurang sehat seperti tingkat suku bunga  deposito yang lebih tinggi daripada suku bunga kredit (negative spread).  Suku bunga antar-bank juga relatif tinggi sekitar 37 persen untuk  overnite pada akhir Maret 1999, yang mengindikasikan ketatnya kondisi  likuiditas perbankan.
Berdasarkan laporan mingguan dari Bank Indonesia (BI), menurunnya  jumlah uang kartal pada minggu III Maret 1999 sebesar Rp 1,4 triliun  dari posisi minggu II Maret 1999 mengindikasikan kembali tenangnya  masyarakat setelah proses restrukturisasi perbankan diumumkan  pemerintah. Sementara itu, perkembangan besaran moneter yang lain hingga  akhir Maret 1999 menunjukkan posisi aktiva domestik bersih maupun  cadangan devisa bersih berada pada tingkat memenuhi adjusted target yang  ditetapkan oleh IMF.Sedangkan dari laporan harian BI, transaksi devisa bank Indonesia menunjukkan surplus sebesar 9,3 juta USD dalam bulan Maret 1999. Posisi surplus ini tercapai berkat penerimaan devisa dari ekspor sebesar 134,8 juta USD, sementara penjualan devisa tercatat sebesar 125,5 juta USD. Dengan perkembangan ini diperkirakan cadangan devisa netto di akhir bulan Maret akan sedikit di atas 14,51 milliar USD yang tercatat pada minggu III Maret 1999.
- Tahun 2009-2010
 
Kebijakan moneter Bank Indonesia untuk  mencapai sasaran inflasi sebesar 5±1% di tahun 2010 akan didukung oleh  implementasi serangkai langkah kebijakan. Di sisi operasional, fokus  kebijakan diarahkan untuk meningkatkan efektifitas transmisi kebijakan  moneter, mengelola ekses likuiditas perbankan, dan menjaga volatilitas  nilai tukar dalam rangka terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat.  Di  sisi struktural, upaya koordinasi dengan Pemerintah akan ditingkatkan  untuk memitigasi dampak struktural inflasi yang bersumber dari masalah  distribusi, tata niaga, dan struktur pasar komoditas bahan pokok. Untuk  itu, Tim Pengendalian Inflasi yang merupakan tim lintas departemen yang  terkait dengan pengendalian inflasi akan terus diefektifkan baik di  pusat maupun di daerah.
Dengan mempertimbangkan bahwa tingkat BI  Rate 6,5% masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2010 sebesar 5%  ±1% dan arah kebijakan moneter saat ini juga dipandang masih kondusif  bagi proses pemulihan perekonomian dan berlangsungnya intermediasi  perbankan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 6 Januari 2010  memutuskan untuk  mempertahankan BI Rate pada level 6,5% dengan koridor  suku bunga yang juga tetap sebesar +/-50 bps di sekitar BI Rate, yaitu  suku bunga repo sebesar 7% dan suku bunga FASBI sebesar 6%.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi perbankan di Indonesia semakin  membaik meski tekanan krisis keuangan global semakin terasa. Hal  tersebut terlihat dari berkurangnya keketatan likuiditas perbankan dan  tumbuhnya total kredit perbankan. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI)  Mulyaman D Hadad mengatakan, berdasarkan data perkembangan terakhir,  keketatan likuiditas sudah berkurang. Dalam 2 bulan terakhir likuiditas  mulai berkurang, tapi masih menjadi perhatian. Bertambahnya likuiditas  perbankan tersebut karena ada pelonggaran ketentuan Giro Wajib Minimum  (GWM) dan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK), sedangkan total kredit  tahun per tahun tumbuh 37,1 persen.Pejabat senior IMF Perwakilan  Indonesia Milan Zavadjil juga menyatakan bahwa sistem perbankan di  Indonesia mulai kuat dan memiliki modal serta kinerja bagus yang  tercipta karena membaiknya sistem pengawasan perbankan. Zavadjil yang  dikutip dari keterangan pers di website IMF menyebutkan kinerja  perekonomian Indonesia secara umum sangat baik dalam 10 tahun terakhir  dengan memperbaiki makro ekonomi dan stabilitas sistem keuangan terutama  di sektor fiskal dan kebijakan moneter. Pernyataan ini sengaja  dikeluarkan untuk meluruskan pemberitaan yang keliru oleh media-media di  Indonesia mengenai penilaian atas ekonomi Indonesia dalam laporan IMF  mengenai kondisi stabilitas sistem keuangan Indonesia yang  dipublikasikan beberapa waktu lalu.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar